Sebelumnya tak pernah terbesit sedikitpun dibenakku untuk masuk pondok pesantren. Awalnya aku merasa seperti di penjara, namun seiring bergulirnya waktu aku baru menyadari betapa indahnya hidup di penjara suci. Aku sangat bersyukur memiliki orang tua yang slalu membimbing aku ke jalan-Nya, salah satunya memasukkan aku ke pondok pesantren. “PM. Al-Furqan” yah itu nama penjara suci ku, tempat dimana aku mencari ilmu dunia dan akhirat, tempat dimana akumerubah diri menjadi sosok yang mandiri, tempat dimana aku dapat mengerti indahnya arti sebuah persahabatan, dan tempat dimana aku bisa merasakan manisnya cinta remaja.
PM. AL-FURQON |
Jauh-jauh hari sebelum lulus dari SD, aku slalu ingin melanjutkan ke SMP. Tidak ada pondok pesantren di deretan daftar rencana pendidikanku. Namun manusia hanya bisa berencana tapi Tuhanlah yang menentukan. Awalnya ketika aku masuk pondok pesantren yang aku lakukan hanya menitikkan air mata dan rasanya hanya ingin kabur lalu pulang ke rumah, maklum aku baru lulus SD dan rumah ku di Lampung Selatan sedangkan pesantren tempat aku belajar berada di kota Cilegon, Banten.
Yah walaupun aku disana tidak sendirian, kakak ku juga dimasukkan di pesantren yang sama tapi namanya juga anak umur 12 tahun yang baru sekali itu jauh dari orang tua. Tapi aku tidak pernah menyesal masuk pesantren, disana aku belajar menghafal ayat suci Al-qur’an, belajar mandiri, belajar didisiplin tentunya. Semua kegiatan ada aturannya dari bangun tidur sampai tidur lagi. Mulai bangun jam 4 pagi lalu bergegas menuju masjid untuk melalukan sholat subuh, kemudian dilanjutkan tadarus dan menghafal Alqur’an. Tepat pukul 06.55 semua santri harus sudah berbaris dilapangan lalu dilanjutkan masuk kelas masing-masing sampai pukul 12.00. sehabis sholat dzuhur kami diberi kosa kata (oh ya di pondokku diberlakukan wajib berbahasa Arab dan Inggris, seminggu bahasa Arab dan seminggu berikutnya bahasa Inggris), lalu makan siang dan kami diwajibkan untuk tidur siang agar tubuh kami tetap fit hingga kegiatan malam hari. Dibalik peraturan pasti ada pelanggaran dan aku tentunya juga pernah melanggar karna No Body Perfect, right? Tapi semuanya aku lalui dengan senyuman, semua hukuman yang aku jalani menjadi pemanis kenanganku di pesantren.
Yah walaupun aku disana tidak sendirian, kakak ku juga dimasukkan di pesantren yang sama tapi namanya juga anak umur 12 tahun yang baru sekali itu jauh dari orang tua. Tapi aku tidak pernah menyesal masuk pesantren, disana aku belajar menghafal ayat suci Al-qur’an, belajar mandiri, belajar didisiplin tentunya. Semua kegiatan ada aturannya dari bangun tidur sampai tidur lagi. Mulai bangun jam 4 pagi lalu bergegas menuju masjid untuk melalukan sholat subuh, kemudian dilanjutkan tadarus dan menghafal Alqur’an. Tepat pukul 06.55 semua santri harus sudah berbaris dilapangan lalu dilanjutkan masuk kelas masing-masing sampai pukul 12.00. sehabis sholat dzuhur kami diberi kosa kata (oh ya di pondokku diberlakukan wajib berbahasa Arab dan Inggris, seminggu bahasa Arab dan seminggu berikutnya bahasa Inggris), lalu makan siang dan kami diwajibkan untuk tidur siang agar tubuh kami tetap fit hingga kegiatan malam hari. Dibalik peraturan pasti ada pelanggaran dan aku tentunya juga pernah melanggar karna No Body Perfect, right? Tapi semuanya aku lalui dengan senyuman, semua hukuman yang aku jalani menjadi pemanis kenanganku di pesantren.
Dalam kebersamaan kami, tidak terasa ternyata rasa indah itu muncul diantara aku dan salah satu teman sekelasku. Sungguh indah rasanya menyukai dan disukai, menyayangi dan disayangi seseorang. Dia, dia yang yang indah diwaktu dulu, yang tiba-tiba menyatakan cintanya malam itu sungguh masih jelas terngiang di benakku. Hah rasanya lucu sekali jika teringat cinta monyet itu, yah cintanya si anak yang baru mulai beranjak remaja apalagi kami mengalami semuanya itu di dalam penjara suci yang jelas-jelas melarang semuanya tapi apa daya kami, kami hanyalah manusia biasa yang tidak dapat menolak kehadiran cinta. Meski begitu kami menjalaninya tanpa pernah bersentuhan sedikitpun, kami hanya ngobrol biasa sewaktu di kelas atau di masjid dan hanya sekedar bertukar hadiah. Di masjid? Yah benar, kalian tau bagaimana cara kami ngobrol di masjid? Kami ngobrol dengan dibatasi tembok dan jendela! Aku slalu ingin tertawa jika mengingat semua itu, tapi namanya cinta monyet ya hanya cinta sesaat dan semua itu semakin membuat kenangan di penjara suciku semakin manis. :)
@Nissa_Kn2
@Nissa_Kn2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar